Perang Uhud, Manajement Waktu dan Karakter Muslimah - DPD PKS Kab. Sinjai

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 26 Oktober 2017

Perang Uhud, Manajement Waktu dan Karakter Muslimah

Menajemen Waktu

Penulis : Nani Umm Fatih

Medinah,Syawal 3 H
Sebelum perang Uhud, waktu itu Sabtu pagi, Rosulullah SAW telah mewanti-wanti pasukan pemanah yang berada di bukit  Uhud agar tetap berada ditempatnya, meski kaum muslimin telah meraih kemenangan atau ditimpa kekalahan.

Api peperangan menyala, pedang menyambar, anak panah melesat keluar dari busurnya, tombak  dihujamkan, banyak nyawa yang melayang, kaum muslimin menyerang, maju dengan penuh kepahlawan sebagai ksatria, kemenangan pun telah menampakkan senyumnya, kaum musyrikin lari menjauh medan perang penuh ketakutan.

Saat itu, di atas bukit Uhud pasukan pemanah mulai berselisih, sebagian berkata "Kita sudah menang, ayo kita turun untuk bersama saudara-saudara kita".

Pimpinan pasukan Abdullah bin Jubair radiyallahu'anhu mengingatkan, "Tetaplah berada ditempat kalian, karena Rosulullah SAW meminta agar kita tetap berada di atas bukit, dalam keadaan kita menang atau kita kalah ".

"Perintah Rosulullah itu adalah dalam keadaan perang, sekarang perang sudah selesai dan musuh telah tergelincir diri", mereka beralasan. Kemudian 40 orang dari 50 orang pasukan pemanah turun dari bukit Uhud .

Pimpinan pasukan berkuda kaum musyrikin Khalid bin Walid yang belum masuk Islam saat itu  melihat pasukan pemanah telah meninggalkan tempatnya, maka ia dengan sigap menyerang pasukan kaum Muslimin dari belakang. Sisa pasukan pemanah yang berada di atas bukit yang siap untuk melindungi bagian belakang kaum muslimin tidak dapat menandingi pasukan berkuda kaum musyrikin.

Keadaan pun berbalik, cahaya kemenangan yang mulai nampak kembali bersembunyi, kekalahan akhirnya dirasa, luka jasmani dan pahitnya kekalahan dialami kaum muslimin saat itu.

Begitulah Allah swt mempergilirkan kemenangan dan kekalahan bagi kaum muslimin saat itu,  setelah sebelumnya kaum muslimin menang atas kaum musyrikin di perang badar.

Sejarah adalah siklus yang terus menerus berulang. Ketika Allah menetapkan suatu perkara atas diri kita maka perkara tersebut pasti akan terjadi tanpa perlu mendapat persetujuan dari diri kita sebagai hamba-Nya.

Dalam perang Uhud terlihat dengan jelas kesalahan yang dilakukan pasukan pemanah menjadi sebab utama kekalahan kaum mukminin. Ketidaktaatan terhadap perintah Rosulullah SAW sebagai pimpinan perang menjadi awal malapetaka. Padahal tanda-tanda kemenangan saat itu sudah terlihat.

Sinjai, 1 Safar 1439 H

Suasana terasa senyap ketika murobbi kami memulai tausiyahnya. Banyak yang tak mampu menjawab apa yang beliau sampaikan dalam bentuk tanya bahkan sekadar mengangkat kepala untuk melihat wajah beliau pun rasanya tak sanggup.

Yahh...begitulah. Beliau berbicara tentang keadaan kami. Tentang manajement waktu. Tentang agenda acara pertemuan pekanan yang tak pernah bisa kami hadiri sesuai waktu yang diperintahkan.

Beliau terlihat sedih. Walau perkataan beliau terdengar cukup pedas, tetap saja satu yang khas dari murabbi kami adalah beliau tak pernah bosan untuk mengingatkan kami.

Kali ini pun ketika beliau bercerita tentang perang uhud. Cerita beliau mengalir sampai kepada titik dimana beliau menekankan pada salah satu sebab dikalahkannya kaum mukminin saat itu adalah karena tidak taat pada perintah beliau SAW.

Perintah Rosulullah saw kepada pasukan pemanah untuk tetap bertahan di bukit uhud diabaikan oleh sebagian besar pasukan. Mereka terpengaruh oleh banyaknya rampasan perang pada saat itu.

Dan ini seringkali terjadi memang, ketika kemenangan dicapai, seseorang bisa tertipu dengan keberhasilan. Seakan perjalanan sudah selesai. Sehingga ia tidak hati-hati lagi seperti kehati-hatiannya dulu sebelum kemenangan dicapai. Lebih-lebih ketika harta melimpah seperti yang ditemukan pasukan kaum muslimin di Uhud, mereka seketika tertipu dengan secuil harta yang sebenarnya tidak ada apa-apanya dibanding dengan kenikmatan di surga.

Ketertipuan itu membuat mereka lupa kepada pesan pertama Rasulullah SAW, agar tetap bertahan pada posisinya sampai ada perintah lebih lanjut. Itulah yang kemudian terjadi, mereka kemudian kalah, buah dari kelalaian yang mereka perbuat.  Ketika itu murobbi kami mencoba membandingkan keadaan kami yang tidak taat pada perintah murobbi dengan ketidaktaatan pasukan pemanah pada perintah Rosulullah SAW.

Adakah hubungannya?

Satu tanya yang diajukan kepada kami yang sebetulnya mudah saja untuk  ditarik benang merahnya.

Ya Allah, separah itukah yang akan terjadi akibat kelalaian kami?.

Perjuangan da'wah sekelompok orang akan rusak bahkan hancur jika masih ada yang tidak mampu  mempertahankan kualitas amal pribadinya. Manajement waktu yang seharusnya kami jadikan sebagai standart keprbadian kami ternyata belum mampu kami realisasikan.

Allah SWT berfirman, “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada perang Badar) kamu berkata: dari mana kekalahan ini?”.

Inilah yang akan terjadi. Musibah akan menimpa kami karena kelalaian kami.

Maka mari mem perbaiki sebelum semuanya terjadi. Banyak ibrah dalam peristiwa di bukit Uhud yang Allah berikan

Sebagaimana ada banyak hal yang bisa kita lakukan mulai saat ini untuk memperbaikinya sebelum semuanya terlambat.

1. Fahami perspektif waktu dalam Islam

Dalam Al Qur'an Allah SWT bersumpah dengan bagian-bagian waktu, seperti waktu malam, waktu siang, shubuh, dhuha, ashar, dan lainnya. Para ahlli tafsir berpendapat, bahwa jika Allah SWT bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa penting hal tersebut, dan berarti bahwa Allah SWT sedang mengarahkan perhatian Umat Islam terhadap pentingnya hal tersebut.

2. Jadikan Perhatian terhadap waktu sebagai karakter utama kita sebagai muslimah

Memelihara janji termasuk di dalamnya. Maka tidak layak kita mengaku muslimah yang juga penuntut ilmu jika masih sering lalai dalam hal ini. Dan ingat bahwa salah satu ciri-ciri kaum munafik itu adalah,jika berjanji ia dusta.

Cukup dengan 2 hal tersebut jika kita mampu mengamalkannya dalam kehidupan kita maka InsyaaAllah kemenangan da'wah mudah untuk diraih. Dan seperti halnya dalam perang Uhud, Allah SWT kembali memberikan kemenangan kepada kaum mukminin ketika mereka sadar akan kesalahannya. Dan tentu saja tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT jika Dia Menghendaki.

Wallohu 'Alam Bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Laman