Semarang, PKS Jateng Online - Langit malam di Kota Semarang begitu cerah. Nang... ning... nang...ning...nung alunan gamelan, menggema di pusat kota Semarang menarik perhatian seluruh warga yang berlalu lalang di sekitar Tugu Muda.
Bunyi gamelan itu begitu menarik perhatian warga sekitar, seolah-olah membawa setiap pendengar bertamasya kemasa lalu dengan nuansa khas budaya Jawa. Masih dari kawasan Tugu Muda Lawang Sewu kokoh berdiri. Bagunan peninggalan Belanda itu benar-benar telihat temaram. Saung-saung yang terbuat dari bambu, nyala obor dan cahayanya, para pasukan berkostum ala parajurit Mataram yang tegak berdiri digerbang, benar-benar membuat pengunjung terbawa ke suasana Jawa tempo dulu.
Warga Kota Semarang dan sekitarnya dari berbagai kalangan berdatangan memadati gedung bersejarah itu. Baik orang tua, muda bahkan anak-anak begitu antusias ingin menyaksikan pentas budaya pada puncak acara Milad ke-15 PKS Jumat malam (19/4).
Suasana tadi malam seakan memaksa setiap pengunjung untuk mengabadikan setiap sudut ruangan dengan mesin potretnya. Seolah-olah mereka enggan membiarkan momen tersebut berlalu begitu saja. Memasuki Lawang Sewu lebih dalam, ternyata semakin menggemakan alunan gamelan yang eksostis. Pada pagelaran budaya itu, penonton disuguhkan dengan aneka tari-tarian tradisional dari pelbagai daerah.
Tetapi sepertinya ada yang berbeda dalam pertunjukan tarian itu. Tidak seperti pertunjukan pada umumnya, biasanya dalam hal tari menari seolah-olah wajar penari perempuan harus menggunakan kostum yang sedikit-banyak membuka aurat. Namun ternyata tidak demikian bagi para penari diacara Milad PKS ini. Mereka benar-benar unik.
Para penari dalam pentas budaya ini tetap menggunakan desain kostum yang tetutup dan rapi namun tidak kehilangan karakteristik Jawa-nya. Mereka ada mengenakan kebaya, jilbab disertai terusan kain yang bermotifkan batik yang bermacam-macam hingga menutupi tumit. Ternyata, dengan kostum seperti itu mereka tetap mampu terlihat santun dan anggun.
Mereka secara berkelompok mempersembahkan tari-tarian tradisional dari berbagai macam daerah yang ada di Indonesia, seperti tari-tarian tradisional Jawa Barat, DIY Jogyakarta, tari Tor-tor dari Medan dan lain-lain.
Dalam pesta budaya ini PKS benar-benar memadukan unsur budaya lokal dengan nilai-nilai Islam. Wajar saja, karena PKS adalah partai dakwah. Dan ternyata PKS mampu mengkolaborasi unsur budaya tradisional dengan nilai Islam. Ya, benar-benar sebuah akulturasi yang harmonis.
Dalam pentas budaya itu juga menampilkan pertunjukan-pertunjukan lain seperti sandiwara, pantomim, puisi dan musik anak jalanan. Alhasil, Lawang Sewu tadi malam menjadi benar-benar hidup dengan aneka pagelaran Budaya dan ribuan pengunjung yang menyemut.
“Saya mengapresiasi sekali dengan acara PKS kali ini yang mengangkat tema budaya Nusantara,” tegas Ela salah satu pengunjung asal Sulawesi yang sedang berlibur di kota Semarang. “Semoga makin sukses untuk PKS,” tambahnya.
(AbAz/Anton)
( Papa Ayiz )
sumber : http://milad.pksjateng.or.id/index.php/read/news/detail/1054/Menjaga-Harmoni-Para-Penari-Tetap-berjilbab-di-Pentas-Budaya-PKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar