Kutuliskan kalimat demi kalimat dalam tulisan ini dengan sepenuh rasa kehilangan yang mendalam terhadap kepergian ibunda tercinta,seorang mujahidah yang luar biasa..bunda yoyoh yusroh.
Seorang yang sangat luar biasa,yang meskipun tak pernah berinteraksi secara langsung dengan sosok beliau tapi semangat dan keteladanan dalam melahirkan dan mendidik anak-anaknya menjadi sumber inspirasiku dalam memaknai sebuah fungsi dari sosok yang disebut sebagai ummi,ibu,bunda atau apapun sebutan yang disematkan kepada para muslimah yang telah di amanahi Allah seorang anak.
Teringat kembali ketika di tahun 2007 ketika pertama kali membaca profil beliau di sebuah majalah wanita. Kalimat yang pertama terlontar adalah “SubhanaLlah..” Beliau adalah seorang ibu dari 13 orang anak, anggota dewan dari Partai Keadilan Sejahtera dan sekaligus anggota dewan Syari’ah dari partai tersebut. Yang mana ditengah tengah kesibukan tersebut beliau tak pernah melihat kehadiran anak-anak yang jaraknya lumayan dekat sebagai penghalang dalam menjalankan amanah-amanah da’wah.
Satu pesan dari wawancara beliau ketika itu dikhususkan bagi muslimah yang mengaku sebagai penerus risalah, pengemban amanat da’wah untuk kembali kepada peran utama mereka sebagai murobbi pertama dan utama bagi anak-anaknya. Yang mana peran tersebut telah Allah sematkan secara khusus ke pundak mereka. Sebuah peran yang akan menentukan laju da’wah menuju tegaknya Kalimatullah. Sebuah peran yang hanya mungkin mencapai akhir yang manis ketika para akhowatul muslimah mampu memaknainya.
Sebuah pemaknaan terhadap peran utama sebagai murobbi pertama bagi anak-anak yang kelak akan tumbuh, berkembang dan lahir dari rahim mereka telah harus dimulai semenjak seorang muslimah berazzam untuk turut mengambil bagian dalam perjuangan menegakkan kalimat Allah dimuka bumi. Beliau rahimahullah menceritakan tentang diri beliau sendiri yang ketika telah menemukan tekad tersebut telah bersemayam kuat dalam dirinya maka dimulailah sebuah babak perjuangan. Sebuah perjuangan yang kelak menurut beliau akan berbuah manis pada generasi pelanjut yang akan lahir dari rahim beliau.
Selektif dalam memilih makanan apa saja yang masuk ke dalam tubuh,selektif dalam mengatur pola makan dan yang utama menjaga jangan sampai ada setitik saja barang haram yang masuk kedalam tubuh. Sebab yang sedikit itulah ketika telah mengalir bersama aliran darah akan berakibat fatal bagi sebuah generasi yang akan tumbuh bersama aliran darah tersebut.
Sepintas apa yang beliau lakukan sangat sederhana tapi sesungguhnya ketika kita kembali membuka Alqur’an dan Sunnah Rosulullah SAW maka apa yang beliau lakukan adalah sebuah upaya untuk kembali kepada sumber rujukan utama umat ini. Sebuah upaya untuk melahirkan kembali generasi yang pernah ada dizaman Rosul SAW dan para shalafush sholeh.
Itulah kesan pertama yang terungkap dari wawancara beliau tersebut, sebuah kesan yang alhamdulillah hingga saat ini menjadi menjadi sumber inspirasi untuk senantiasa menjaga kualitas diri dengan menghindari menkonsumsi jenis makanan yang tidak jelas kehalalannya.
Jazaakillah ibu..semoga Allah memudahkan langkahmu menuju surga-Nya. Amiin ya Robb
*Ainani Hermansyah (Bendahara DPD PKS Kab. Sinjai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar